puisi untuk kucing yang sudah mati
SeekorKucing yang Mati di Suatu Pagi Written by Tjak S. Parlan Sewaktu Nizami membeli rumah itu, ia tidak menginginkan pemiliknya meninggalkan seekor kucing kampung kurus itu bersamanya. Kucing berbulu belang itu setiap saat mengeong iba di antero rumah: di garasi, di dapur, di ruang makan, bahkan membuang kotoran di sudut kamar. Nizami berang.